Sering kali bahkan tanpa kita sadar kata-kata "Aah..", "Aduh", "Sayang sekali", "Kenapa yah?", "Koq aku dapet masalah terus?", dan kalimat-kalimat lainnya yang terkesan "Keluhan" keluar dari bibir kita. Kata-kata ringan tapi punya makna belum bisa menerima apa setulus hati apa yang sedang dialaminya, entah itu ujian dalam bentuk musibah besar atau yang kecil sekalipun.
Satu ketika seorang sahabat bertutur, "Kenapa yah koq
akhir-akhir ini berbagai musibah menimpaku? Ditambah lagi teman-teman mulai
kurang perhatian padaku dan aduh aku jadi tidak dipercaya. Ada yang bilang
kurang perhatianlah, nggak adillah, inilah itulah. Aku jadi bingung. Padahal
aku sudah berusaha berbuat apa yang aku bisa. Aku jadi sedih. Kenapa semua
berakhir seperti ini?"
Seseorang yang mulanya berniatan mulia, ketika mendapat
tekanan-tekanan dari sekelilingnya bisa saja mengeluarkan penuturan seperti di
atas. Di satu sisi dia ikhlas menerima apa yang sedang dialaminya, tapi disisi
lain ada bisikan-bisikan yang membuatnya menyesali keadaan.
Keluh kesah yang terpancar lebih disebabkan karena mengikuti
dorongan hawa nafsu, tidak mampu menahan rasa pedih atau emosi batin, kurang
bersyukur terhadap nikmat yang begitu banyak dibandingkan bencana yang baru
menimpa, atau karena kelemahan iman terhadap qadha dan qadar, sehingga tidak
memahami hikmah dibalik bencana tersebut.
Kenapa sih mesti ada musibah? Musibah itu adalah sarana ujian atas
prestasi keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang yang
paling besar mendapat ujiannya adalah para nabi, kemudian para syuhada,
kemudian orang-orang setingkat dengannya." Disamping itu, musibah
merupakan sarana untuk mengukur kebenaran iman. Alloh menurunkan musibah agar
kita benar-benar bisa mengukur apakah benar kita beriman atau tidak? atau bisa
jadi musibah diturunkan sebagai azab atas kemaksiatan dan kekufuran agar kita
menjadi jera. Bukankah diturunkannya azab di dunia lebih baik dari pada di
akhirat kelak? Agar kita lebih dulu menyadari kesalahan dan dosa-dosa kita.
Subhanalloh betapa cintanya Alloh pada orang-orang yang mendapat musibah dan
berhasil memupuk kesabaran atas dirinya. Alloh berfirman dalam surat Ar-Rum:41,
"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan oleh perbuatan
tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar."
Kunci utama dari pemecahan masalah ini adalah sabar, yaitu menahan
diri dari keluh kesah, amarah, apalagi dari harapan mendapat belas kasihan dari
orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Sabar itu tatkala menghadapi ujian
musibah yang pertama." Karena pada saat-saat itulah Alloh menguji iman
seseorang, apakah dia berhasil melawannya dengan mengembalikan segala urusannya
pada Alloh dan memendam emosinya dalam-dalam, atau malah semakin larut dalam
duka yang berkepanjangan hingga selalu merasa gelisah.
Apakah bersabar dengan memendam emosi dapat menyelesaikan masalah?
Tentu saja belum. Setidaknya dengan memendam emosi, ada perasaan tenang di hati
kita. Ketika perasaan tentram itu datang, akan ringanlah bagi kita untuk
berpikir jernih. Ketika ujian kesabaran telah kita lewati, selanjutnya kita
harus mencek dan ricek kembali apa hakikat dari musibah-musibah yang telah kita
alami.
Mari kita telaah setiap permasalahan / musibah yang sedang kita
hadapi, agar kita terbebas dari penyakit keluh kesah, dengan:
· Menjauhi semua penyebab timbulnya penyakit keluh kesah.
· Mempelajari akibatnya.
· Memahami makna sabar dan seluruh manfaatnya.
· Meyakini bahwa cobaan adalah takdir dari Alloh yang terbaik bagi
kita, dan kelak akan terbukti hikmahnya.
· Menahan emosi semaksimal mungkin sehingga tidak menimbulkan
reaksi negatif terhadap tindakan fisik.
· Jika masih ada rasa kesal, segera beranjak dari tempat duduk,
ambil air wudhu dan baca istighfar sebanyak 3 kali.
· Berdoa, "Ya Alloh, selamatkanlah aku dalam musibahku ini,
dan semoga engkau menggantinya dengan sesatu yang lebih baik daripada
ini."
· Selalu bersyukur akan nikmat yang diterima.
Bagaimanapun musibah menuntun kita kejalan yang lebih baik dan
lewat musibahlah Alloh mengabulkan do'a yang sering kita panjatkan, "Ya
Alloh, tuntunlah kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhoi." Agar
kita tergolong orang-orang yang beruntung dikehidupan mendatang. Semoga kita
bisa mengganti kata Aduh, Sayang Sekali, Kenapa Yah? dengan kata-kata yang
lebih punya makna seperti "Masya Alloh", "Astaghfirullah",
dan kata-kata lain yang lebih bisa menentramkan hati kita. Wallahu a'lam
bishawab.
(Qudwah, bahan bacaan: Penyakit Hati, Uwes Al-Qorni)
sumber : kafemuslimah.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentarlah yang santun dan bijak