Menguasai kemampuan memecahkan masalah merupakan hal yang kita harapkan ada pada diri anak ketika ia tumbuh besar nantinya. Tahukah Anda bahwa hal tersebut dapat dibangun dengan cara berpikir kritis yang diajarkan sejak dini.
Salah satunya adalah dengan memupuk kreativitas sejak dini karena seni memberikan dampak positif pada kehidupan anak di masa depan.
“Terdapat kaitan erat jika anak melakukan seni kreatif terhadap kesuksesan mereka di masa mendatang. Anak yang aktif membuat karya seni cenderung inovatif kala dewasa,” tutur Samanta Ananta, M.Psi., psikolog anak dan keluarga sast ditemui dalam acara Media Gatherimg Kick Off Koko Olimpiade 2019 di Jakarta Selatan, Selasa (22/1).
Menggambar dan mewarnai menjadi aktivitas seni yang menyenangkan karena hal ini bisa dilakukan di mana saja.
“Kalau anak nggak bisa diam, bisa melatihnya mewarnai objek yang kecil dulu. Hal ini akan membuat anak belajar berpikir out of the box, sehingga akan lebih terlatih untuk problem solving,” sambung Samanta.
Selain seni, beberapa cara ini juga bisa Parents lakukan untuk mendorong anak berpikir kritis.
Cara berpikir kritis #1: Komunikasi
Samanta menuturkan, komunikasi yang terjalin antara anak dan orangtua merupakan kunci utama untuk anak berani berpikir kritis akan sesuatu.
“Latih anak untuk presentasi dan mengkritisi, dalam hal ini orangtua juga terbuka dan bersedia untuk diingatkan jika melakukan kesalahan,” ujar Samanta.
Sebagai contoh, kritik anak ketika orangtua tak sengaja membuang sampah sembarangan. Alangkah lebih baik orangtua terbuka untuk menerima kritik yang ditujukan oleh anak.
“Dengan begini, anak akan berpikir mana hal yang benar dan juga mampu memikirkan semua hal dengan logis dan rasional,” ujarnya.
Selain itu, anak perlahan akan menyadari pentingnya berpikir kritis dan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.
Cara berpikir kritis #2: Konsumsi makanan sehat dan bergizi
Jika Parents masih sering melewatkan sarapan, sebaiknya mulai mengubah kebiasaan tersebut. Telah banyak penelitian yang menjelaskan bahwa orang yang rutin sarapan cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih sedikit.
Saat anak mengonsumsi sarapan dengan gizi seimbamg, maka akan melancarkan pasokan oksigen dan tubuh lebih banyak memproduksi hormon positif.
“Dengan sarapan bergizi dikombinasikan dengan kreativitas akan membuat anak tumbuh bahagia. Anak akan lebih piawai memecahkan masalah yang menimpanya setiap hari,” tutur Samanta.
Cara berpikir kritis #3: Manfaatkan teknologi
Melalui ponsel pintar, semua nampak mudah untuk dilakukan ya Parents. Hal ini termasuk mencari informasi juga membuktikan kebenarannya.
“Anak sudah pintar ya mengakses internet, di sinilah peran penting orangtua unuk menyaring. Jelaskan kepada anak apakah suatu informasi itu benar adanya. Komunikasi dan poa asuh terbuka itu penting agar anak mampu berpikir kritis. Kalau dari kecil anak selalu disuruh diam, ya susah”, pungkas Samanta.
Nah, apakah Parents sudah mempraktikkan cara berpikir kritis pada anak?
Salah satunya adalah dengan memupuk kreativitas sejak dini karena seni memberikan dampak positif pada kehidupan anak di masa depan.
“Terdapat kaitan erat jika anak melakukan seni kreatif terhadap kesuksesan mereka di masa mendatang. Anak yang aktif membuat karya seni cenderung inovatif kala dewasa,” tutur Samanta Ananta, M.Psi., psikolog anak dan keluarga sast ditemui dalam acara Media Gatherimg Kick Off Koko Olimpiade 2019 di Jakarta Selatan, Selasa (22/1).
Menggambar dan mewarnai menjadi aktivitas seni yang menyenangkan karena hal ini bisa dilakukan di mana saja.
“Kalau anak nggak bisa diam, bisa melatihnya mewarnai objek yang kecil dulu. Hal ini akan membuat anak belajar berpikir out of the box, sehingga akan lebih terlatih untuk problem solving,” sambung Samanta.
Selain seni, beberapa cara ini juga bisa Parents lakukan untuk mendorong anak berpikir kritis.
Cara berpikir kritis #1: Komunikasi
Samanta menuturkan, komunikasi yang terjalin antara anak dan orangtua merupakan kunci utama untuk anak berani berpikir kritis akan sesuatu.
“Latih anak untuk presentasi dan mengkritisi, dalam hal ini orangtua juga terbuka dan bersedia untuk diingatkan jika melakukan kesalahan,” ujar Samanta.
Sebagai contoh, kritik anak ketika orangtua tak sengaja membuang sampah sembarangan. Alangkah lebih baik orangtua terbuka untuk menerima kritik yang ditujukan oleh anak.
“Dengan begini, anak akan berpikir mana hal yang benar dan juga mampu memikirkan semua hal dengan logis dan rasional,” ujarnya.
Selain itu, anak perlahan akan menyadari pentingnya berpikir kritis dan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.
Cara berpikir kritis #2: Konsumsi makanan sehat dan bergizi
Jika Parents masih sering melewatkan sarapan, sebaiknya mulai mengubah kebiasaan tersebut. Telah banyak penelitian yang menjelaskan bahwa orang yang rutin sarapan cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih sedikit.
Saat anak mengonsumsi sarapan dengan gizi seimbamg, maka akan melancarkan pasokan oksigen dan tubuh lebih banyak memproduksi hormon positif.
“Dengan sarapan bergizi dikombinasikan dengan kreativitas akan membuat anak tumbuh bahagia. Anak akan lebih piawai memecahkan masalah yang menimpanya setiap hari,” tutur Samanta.
Cara berpikir kritis #3: Manfaatkan teknologi
Melalui ponsel pintar, semua nampak mudah untuk dilakukan ya Parents. Hal ini termasuk mencari informasi juga membuktikan kebenarannya.
“Anak sudah pintar ya mengakses internet, di sinilah peran penting orangtua unuk menyaring. Jelaskan kepada anak apakah suatu informasi itu benar adanya. Komunikasi dan poa asuh terbuka itu penting agar anak mampu berpikir kritis. Kalau dari kecil anak selalu disuruh diam, ya susah”, pungkas Samanta.
Nah, apakah Parents sudah mempraktikkan cara berpikir kritis pada anak?
Sumber : https://id.theasianparent.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentarlah yang santun dan bijak